Sabtu, 16 Agustus 2008

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN

1. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab Suci yang dijamin pemeliharaannya oleh Allah SWT. Berbeda dengan kitab suci yang lain, Al-Qur’an memiliki kemukjizatan yang sampai akhir zaman tidak akan dapat tertandingi. Terbukti, tidak satupun orang yang berhasil membuat satu surat, bahkan satu ayat saja yang setara keindahan dan hikmahnya dengan Al-Qur’an. Kalaupun ada orang-orang yang mencoba membuat dan memalsukan Al Qur’an dengan sartra buatannya, tetap tidak akan pernah dapat menandingi keindahan bahasa, bacaan, serta kedalaman makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Sejarah telah mengukir nama beberapa orang Nabi palsu yang datang dengan kitab suci buatannya sendiri, yang bertujuan untuk menandingi Al-Qur’an. Akan tetapi, mereka tidak memperoleh apa-apa kecuali hinaan dan cercaan terhadap apa yang mereka lakukan itu. Dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa sapek kemukjizatan Al-Qur’an ditinjau dari segi bahasa, bacaan dan kandungan maknanya.
A. Pengertain I’jaz (kemukjizatan) Al-Qur’an.
Menurut bahasa mukjizat berasal dari bahasa Arab أعجز- يعجز- أعجا زا yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelaku (yang melemahkan) disebut Mukjiz, yang tidak lain adalah Allah SWT. Hal yang mampu melemahkan pihak lain dan dapat membungkanm pihak lawan dinamakan mukjizat. Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata adalah untuk menunjukkan makna mubalaghah (superlatif).
I’jaz, kemukjizatan dalam bahasa arab adalah menisbatkan lemah kepada orang lain. Allah berfirman:

Secara etimologi, yang dimaksud I’jaz adalah tanda-tanda kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai Rasul dan menampakkan kelemahan orang-orang yang menampakkan Mukjizatnya. I’jazu Al Qur’an, kemukjizatan Al Qur’an adalah kekuatan, keunggulan dan keistimewaan yang dimiliki oleh Al Qur’an, sehingga tidak satupun manusia yang dapat menandinginya walaupun mereka menghimpun kelompok.
Mukjizat didefinisikan oleh para ulama Islam, antara lain sebagai suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti dari kenabiannya yang ditantangkan kepada orang-orang yang masih ragu, untuk mendatangkan hal yang serupa, tapi mereka tidak mampu melayani tantangan itu. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat juga diartikan sebagai sesuatu luar biasa yang diperlihatkan oleh Allah melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
Dalam kitabnya, Manna’ Al Qattan mendefinisikan Mukjizat bebagai berikut:

أ مر خا رق للعا دة مقرون با لتحدي سالم عن المعارضة
Artinya:
“ suatu kejadian yang luar biasa, disertai dengan unsur tantangan dan tidak dapat ditandingi”.
Unsur-unsur yang terdapat pada mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah sebagai berikut.

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang ada diluar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya. Sehingga tidak termasuk mukjizat hal-hal yang bisa diketahui atau dipelajari oleh manusia. Misalnya sihir, hipnotis dan peristiwa-peristiwa alam yang terjadi sehari-hari, walaupun sekilas hal itu terlihat ajaib dan menakjubkan.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku dirinya Nabi
Hal-hal yang luar biasa tidak mustahil terjadi pada orang-orang yang tidak mengaku sebagai Nabi, akan tetapi hal yang seperti itu tidaklah disebut sebagai Mukjizat. Misalnya sesuatu luar biasa yang ada pada diri seorang calon Nabi, bukanlah disebut sebagai Mukjizat, akan tetapi disebut irhash. Begitu pula suatu luar biasa yang terjadi pada seorang yang dicintai oleh Allah yang disebut karamah. Tidak hanya pada orang-orang yang dicintainya saja allah memberikan suatu hal yang luar biasa, akan tetapi juga pada orang yang mendurhakainya yang disebut dengan ihanah atau istidraj (penghinaan dan rangsangan untuk lebih durhaka lagi).
3. Mengandung tantangan terhadap orang-orang yang meragukan kenabian
Adanya Mukjizat antara lain bertujuan untuk melemahkan hati orang yang meragukan dan mengingkari kenabian seorang nabi dan utusan Allah.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Apabila seorang Nabi menantang umatnya yang ingkar untuk melakukan keajaiban yang serupa dengan mukjizat yang dibawanya, ternyata umatnya yang ingkar itu berhasil, berarti pengakuan Nabi sebagai seorang penantang tidak terbukti. Perlu diketahui bahwa kandungan tantangan harus benar-benar dipahami oleh orang-orang yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing Nabi sesuai dengan bidang keahlian umatnya.
Al Qur’an digunakan oleh Nabi untuk menantang umat beliau yang tidak percaya pada kebenaran Al-Qur’an baik pada masa itu dan masa sesudahnya. Pada masa Nabi, sungguhpun bangsa Arab memiliki tingkat falsafah dan Balaghah sedemikian tinggi dalam bidang bahasa arab, akan tetapi ternyata tidak seorangpun dari mereka yang mampu menerima tantangan Nabi untuk mendatangkan Mukjizat yang bisa menandingi Al-Qur’an. Bahkan Pada saat itu Nabi memberi kesempatan kepada mereka untuk mencoba menandingi Al Qur’an dalam tiga tahapan, yaitu:
a. Mendatangkan yang semisal Al Qur’an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan dalam surat Isra’ ayat 88 berikut:
Artinya :
“Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu dari sebagian yang lain.”

b. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Hud ayat 13 berikut:
Artinya:
“Bahkan mereka mengatakan: Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “katakanlah, kalau demikian maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat menyamainya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”

c. Mendatangkan satu surat saja yang menyamai surat-surat dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Baqarah ayat 23 berikut:
وأن كنتم في ريب مما نزلنا علي عبد نا فأ توا بسورة من مثله وا د عوا شهداء كم من د ون الله أ ن كنتم صد قين
Artinya:
“Dan jika kamu tetap dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang serupa dengan Al-Qur’an itu, serta ajaklah penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”

Kesempatan yang diberikan oleh Nabi ini sama sekali tidak disia-siakan oleh kaum kafir Quraisy pada waktu. Terbukti banyak para pemimpin kaum Quraisy yang mencoba menandingi Al Qur’an dengan mengirimkan sastrawan ulung utusan mereka kepada Nabi. Bahkan dalam suatu kesepatan Allah pernah menantang untuk membuat sebuah kalimat saja yang serupa dengan AlQur’an, sesuai dengan firman Allah:
Artinya:
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal dengan al Qur’an”.
Akan tetapi walaupun Nabi telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menandingi Al Qur’an, mereka sama sekali tidak mampu untuk melakukannya.
B. Macam-macam Mukjizat
Mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan Nabi-Nabi yang lainnya ada dua jenis, yaitu: hissi dan maknawi. Mukjizat yang hissi yaitu Mukjizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar dan ditangkap oleh panca indera. Ia sengaja ditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dan kecerdasannya untuk menangkap keluarbiasaan Allah. Contohnya adalah seperti Mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim, Nabi Isa, Nabi Musa, dan Nabi-Nabi yang lain. Mukjizat maknawi yaitu Mukjizat yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indera samata, akan tetapi juga dengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Sehingga hanya orang-orang yang memiliki akal dan pikiran yang sempurna saja yang mampu memahami Mukjizat ini.
Kedua Mukjizat ini ada dan terkandung dalam al Qur’an, bahkan yang Maknawi kadarnya lebih besar dibandingkan dengan yang hissi. Hal ini membuktikan bahwa Al Qur’an memang dipersiapkan untuk mengendalikan segala zaman. Misteri ynag dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah sebagian kecil dari fenomena alam. Hakikat-hakikat tertinggi yang terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi sang pencipta dan segala perencanaan-Nya. Hal itulah yang telah diisyaratkan oleh Al Qur’an secara global.
C. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an
1) Bahasa dan Bacaan
Mukjizat turun kepada suatu kaum tidak lain adalah untuk melemahkan hati dan menyadarkan mereka. Karena itulah jenis Mukjizat yang turun pastilah sudah diketahui oleh kaum tersebut, akan tetapi mereka tidak dapat menandinginya. Sebagai contoh: kaum Nabi Isa adalah kaum yang ahli dalam bidang pengobatan. Pada saat timbulnya suatu wabah dinegeri mereka, tidak satupun dapat mengobati. Pada saat itulah Allah memberikan Mukjizat kepada Nabi Isa, yaitu dapat mengobati segala macam penyakit. Lain hal nya Nabi Musa, beliau diutus pada suatu kaum yang ahli dalam bidang sihir. Pada saat kaum Nabi Musa menantangnya dengan ular-ular hasil sihir mereka, Allah memberikan Mukjizat kepada Nabi musa. Tongkat Nabi Musa yang biasa digunakan untuk mengembalakan binatang peliharaannya, dengan izin Allah bisa menjadi seekor ular besar yang akhirnya memakan ular-ular ahli sihir itu.
AlQur’an merupakan Mukjizat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Keunikan dan keitimewaan Al Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab pada lima belas abad yang lalu. Melihat kondisi bangsa Arab pada saat itu, Allah menghendaki kemukjizatan yang diperlihatkan kepada mereka pada saat itu bukan dari segi isyarat ilmiah ataupun dari pemberitaan gaib yang ada dalam Al-Qur’an. Hal itu karena kedua aspek ini berada diluar jangkauan mereka.
Menurut M. Quraish Shihab, diantara kemukjizatan Al-Qur’an ditinjau dari susunan kata dan kalimatnya (segi bahasa dan bacaannya)antara lain:
a) Nada dan Langgamnya
Marmaduke Pickthall, seorang cendikiawan Inggris mengatakan bahwa Al Qur’an memiliki simponi yang luar biasa dan tiada taranya. Setiap nada-nadanya dapat menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita. Hal itu karena huruf-huruf dari kata-kata yang dipilih dapat melahirkan keserasian bunyi, kemudian melahirkan keserasian irama dalam rangkaian ayat-ayat yang sangat indah. Misalnya saja pada surat An Nazi’at (79), ayat 1-5 berikut:
والنا زعا ت غر قا ا
والنا شطت نشط
والسا بحت سبحا
فالسابقات سبقا
فالمد برا ت أمرا
Artinya: “ Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
Dan (Malaikat-malaikat) yang mencabut( nyawa) dengan lemah-lembut,
Dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
Dan malaikat yang mendahului dengan kencang,
Dan malaikat yang mengatur urusan dunia”.


b) Memuaskan akal dan jiwa
Manusia memiliki daya pikir dan rasa (akal dan kalbu). Daya pikir mendorong manusia untuk memberikan argumentasi untuk mendukung pandangannya. Sedangkan daya rasa mendorong manusia untuk mengekspresikan keindahan dan berimajinasi. Keterpaduan antara daya piker dan rasa akan menghasilkan sebuah karya sastra yang indah. Dalam bahasa hal ini sulit sekali ditemukan. Akan tetapi dalan bahasa Al Qur’an keunikan yang terjadi adalah kemampuannya dalam menggabungkan dua hal tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam surat Yusuf yang menceritakan tentang Nabi Yusuf yang mendapatkan ujian ketika dirayu oleh Isteri pembesar Mesir.
2) Makna
a) Keindahan dan ketepatan maknanya
Ayat-ayat yang ada dalam Al-Qur’an memiliki ketepatan dan keindahan dalam pemaknaannya. Misalnya saja dalam Al-Qur’an diuraikan tentang gambaran orang-orang kafir dan mukmin kelak diakhirat, yaitu dalam surat Az Zumar ayat 71 dan 73 sebagai berikut:

Artinya:
“ Dan diantarlah orang-orang kafir ke neraka jahanam berbondong-bondong, hingga ketika mereka sampai disana dibuka pintunya dan berkatalah kepada mereka para penjaganya: bukankah telah dating kepada kalian rasul-rasul dari jenis kamu sendiri yang membacakan ayat-ayat Tuhan kalian…?.


Artinya:
“ Dan diantarlah orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan mereka ke syurga, hingga ketika mereka sampai kesana dibukalah pintunya, berkata para penjaganya: salam sejahtera untuk kamu semua, bahagia dan masuklah kedalam Syurga yang kekal abadi”.
Pada kedua ayat itu dijelaskan tentang cara Malaikat menerima dan mengantarkan orang mukmin dan orang kafir kelak di akhirat. Ada perbedaan kecil pada uraian ayat diatas, yaitu pada penambahan huruf wawu pada kata futihat untuk penghuni syurga yang tidak terdapat pada panghuni neraka.
Apabila dianalogikan pada sebuah ilustrasi, tentang seorang penjahat yang akan dimasukkan kepenjara. Sebelumnya pintu penjara itu tentu masih tertutup, apabila penjahat itu akan masuk barulah pintu penjara itu akan dibuka. Hal ini berbeda apabila seseorang sedang menunggu tamu yang mulia. Jauh sebelum tamu itu datang tentunya pintu sudah dibuka lebar-lebar untuk menyambutnya. Dapat diketahui, penambahan huruf wawu dapat menyebabkan perbedaan keindahan dan ketepatan makna.
b) Singkat dan padat
Menyusun kalimat yang sarat makna tapi tapi dengan kalimat yang singkat tidaklah mudah. Hal itu karena, pesan yang banyak biasanya memerlukan kata yang banyak pula. Al-Qur’an memiliki keistimewaan, kalimatnya yang singkat dapat memuat sekian banyak makna. Misalnya saja pada surat Al Baqarah (2), ayat 212 berikut:
والله يرزق من يشاء بغير حسا ب
Ayat ini bisa memiliki banyak arti antara lain:
· Allah memberikan rizqi kepad siapa saja yang dkehendakinya tanpa ada yang berhak mempertanyakan kepada-Nya mengapa Dia memperluas dan mempersempit rizqi hamba yang dikehendakinya. Maksudnya, perolehan rizqi pada dasarnya adalah karunia dari Ilahi.
· Allah memberikan rizqi pada hamba yang dikehendakinya tanpa memperhitungkan pemberian itu, karena Allah maha kaya.
· Allah memberikan rizqi kepada hamba-Nya, sedangkan hambanya itu sama sekali tidak menduga bahwa dia akan mendapatkan rizqi tersebut (mendapatkan rizqi dari jalan yang tidak disangka-sangka).
· Allah memberikan rizqi kepada seorang tanpa memperhitungkan amal-amalnya. Maksudnya, orang-orang mukmin dimasukkan kedalam Syurga tanpa dihitung amal-amalnya.
· Allah memberikan rizqi kepada seorang dengan jumlah yang sangat banyak sehingga orang itu tidak dapat menghitung nya.

KESIMPULAN
· Mukjizat adalah suatu yang luar biasa dari allah yang diperlihatkan melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.
· Tujuan adanya Mukjizat adalah untuk melemahkan hati orang-orang yang ingkar terhadap ajaran yang dibawa oleh seorang Rasul. Selain itu juga untuk menguatkan dan menabahkan hati Rasul dari keputusasaan dalam proses perjuangannya menyampaikan ajaran agama Allah.
· Al-Qur’an adalah Mukjizat teragung yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kemukjizatan Al Qur’an itu antara lain terletak pada kehalusan dan keindahan bahasanya, selain itu juga pada kalimat-kalimat yang sarat dengan makna yang sangat agung dan dalam. Hal inilah yang menyebabkan Al Qur’an tidak dapat ditiru ataupun disamai keagungannya. Sehingga sampai akhir zaman AlQur’an akan selau terjaga dan terpelihara keasliannya.
· Dalam memahami isi dan makna Al Qur’an, dibutuhkan penghayatan dan keilmuan yang memadai. Sehingga Al Qur’an dapat benar-benar memberikan petunjuk kepada kita.



DAFTAR PUSTAKA

1) Alwi, Sayyid Muhammad. 2001. Keistemewaan-Keistimewaan Al Qur’an. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
2) Anwar, Rohison. 2004. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
3) Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Tengku. 2002. Ilmu- Ilmu Al-Qur’an. Semarang: PT Pustaka Rizqi Putra.
4) Chirzin, Muhammad. 2003. Permata Al-Qur’an. Yogyakarta: CV Qalam.
5) Denffer, Ahmad Von. 1988. Ilmu Al Qur’an Pengenalan Dasar. Jakarta: CV Rajawali.
6) Muzakki, Ahmad. 2006. Bahasa dan Sastra Dalam Al-Qur’an. Malang: UIN Press.
7) Shahrur, Muhammad. 2004. Prinsip dan Dasar Hermunetika Dalam Al-Qur’an Kontemporer. Yogyakarta: ELSAQ Press.

Tidak ada komentar: